LOVEACEH.COM – Kerajaan Aceh Darussalam, atau sering disebut sebagai Kesultanan Aceh, merupakan salah satu kerajaan Islam yang paling berpengaruh di Nusantara.
Terletak di provinsi Aceh, Indonesia, kerajaan ini berada di ujung utara Pulau Sumatra dengan ibu kotanya di Banda Aceh Darussalam. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Aceh Darussalam adalah kekuatan regional utama pada abad ke-16 dan ke-17.
Sejarahnya yang panjang mencerminkan kekuatan politik, militer, dan budaya yang signifikan sebelum mengalami periode penurunan yang panjang. Artikel ini akan mengulas sejarah, raja-raja, dan peninggalan penting dari Kerajaan Aceh Darussalam.
Awal Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam
Latar Belakang dan Pendiri
Pada tahun 1496, Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan sebagai sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam. Sebelum berdirinya kerajaan ini, wilayah Aceh sudah dikenal dengan beberapa kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri).
Keberadaan kerajaan-kerajaan ini menunjukkan betapa kayanya warisan budaya dan sejarah di wilayah Aceh sebelum pengaruh Islam mendominasi.
Hubungan dengan Turki Utsmani
Pada masa pemerintahan Sultan Selim II dari Turki Utsmani, Kerajaan Aceh menerima bantuan teknis dan militer dari Turki. Beberapa teknisi dan pembuat senjata dikirimkan ke Aceh, yang kemudian membantu kerajaan ini dalam memproduksi meriam sendiri dari kuningan.
Bantuan ini memperkuat posisi militer Aceh dan memperluas pengaruhnya di wilayah Nusantara.
Perkembangan dan Kemajuan
Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
Sultan Ali Mughayat Syah adalah pendiri dan sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam. Di bawah kepemimpinannya, Aceh berhasil memperluas wilayahnya dan memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan dan kekuatan militer di wilayah tersebut.
Ali Mughayat Syah dikenal sebagai pemimpin yang visioner dan tegas, yang berhasil meletakkan dasar bagi kejayaan Aceh di masa mendatang.
Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)
Salah satu sultan paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah Aceh adalah Sultan Iskandar Muda. Di bawah pemerintahannya, Aceh mencapai puncak kejayaannya.
Iskandar Muda memperluas wilayah kerajaan hingga mencakup sebagian besar Sumatra dan Semenanjung Malaya. Ia juga memperkuat angkatan laut Aceh, yang memainkan peran penting dalam melindungi jalur perdagangan dan melawan penjajah asing.
Selain itu, Iskandar Muda dikenal sebagai pembangun yang hebat, mendirikan banyak bangunan megah yang masih bisa dilihat hingga sekarang.
Raja-Raja Kerajaan Aceh
Berikut adalah daftar raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh Darussalam:
- Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
- Sultan Salahudin (1528-1537 M)
- Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)
- Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M)
- Sultan Muda (1575 M)
- Sultan Sri Alam (1575-1576 M)
- Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)
- Sultan Ala’ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)
- Sultan Buyong (1589-1596 M)
- Sultan Ala’ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)
- Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
- Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636 M)
- Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)
- Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)
- Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)
- Sri Ratu Zagi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)
- Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)
- Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)
- Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)
- Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)
- Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)
- Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)
- Sultan Ala’ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)
- Sultan Ala al-Din Johan Syah (1735-1760 M)
- Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
- Sultan Badr al-Din (1791-1795 M)
- Sultan Sulaiman Syah (1795)
- Sultan Ala al-Din Jauhar al-Alam (1795-1915 M) dan (1818-1824 M)
- Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)
- Sultan Muhammad Syah (1824-1938 M)
- Sultan Suleiman Syah (1939-1957 M)
- Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)
- Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
- Sultan Muhammad Daud Syah (1974-1903 M)
Peninggalan Kerajaan Aceh
Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam dapat dilihat dalam berbagai aspek, termasuk dalam bidang literatur, arsitektur, dan militer. Berikut adalah beberapa peninggalan yang menonjol:
Bidang Literatur
- Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi: Karya ini diterbitkan oleh Syaikh Daud Rumy dan menjadi kitab pengantar di dayah hingga sekarang. Buku ini menjadi salah satu referensi penting dalam studi Islam di Aceh.
- Sirath al-Mustaqim: Ditulis oleh Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, kitab ini adalah salah satu kitab fiqih pertama yang terlengkap dalam bahasa Melayu. Nuruddin Ar-Raniry menulis setidaknya 27 kitab dalam bahasa Melayu dan Arab, yang mencerminkan kekayaan intelektual dan keagamaan di Aceh pada masa itu.
Bidang Militer
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, Aceh menerima pengiriman teknisi dan pembuat senjata, yang memungkinkan kerajaan ini untuk memproduksi meriam sendiri dari kuningan.
Teknologi militer ini memperkuat angkatan bersenjata Aceh dan memainkan peran penting dalam mempertahankan kedaulatan kerajaan dari serangan penjajah asing.
Bidang Arsitektur
Beberapa bangunan bersejarah yang masih ada hingga sekarang adalah Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat Aceh.
Penurunan dan Akhir Kesultanan Aceh
Meskipun mengalami masa kejayaan yang panjang, Kerajaan Aceh mulai mengalami penurunan pada akhir abad ke-17. Penyebab utama penurunan ini termasuk perselisihan internal, invasi dari luar, dan perubahan dalam dinamika perdagangan regional.
Pada awal abad ke-20, Kesultanan Aceh secara resmi berakhir setelah perang panjang melawan kolonial Belanda, yang dikenal sebagai Perang Aceh (1873-1904). Meskipun demikian, warisan budaya dan sejarah Aceh tetap hidup dalam masyarakat Aceh hingga hari ini.
Kesimpulan
Kerajaan Aceh Darussalam adalah salah satu kerajaan paling berpengaruh di Nusantara. Dari awal berdirinya pada tahun 1496 hingga masa kejayaannya di bawah Sultan Iskandar Muda, Aceh memainkan peran penting dalam sejarah politik, militer, dan budaya di Asia Tenggara.
Meskipun mengalami penurunan dan akhirnya berakhir pada awal abad ke-20, peninggalan dan warisan Aceh masih dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Aceh saat ini.
Warisan literatur, arsitektur, dan militer Aceh mencerminkan kekayaan dan keagungan kerajaan ini, yang akan selalu dikenang dalam sejarah Indonesia.